ASPEK SOSIAL BUDAYA YANG BERHUBUNGAN DENGAN KB
Latar Belakang
1.
Survai Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI)
menunjukkan median usia kawin pertama secara nasional adalah 18,6 tahun, di
pedesaan masih relatif muda yaitu 17,9 tahun.
2.
Sebagian masyarakat dan keluarga termasuk orang
tua dan remaja sendiri belum sepenuhnya mempersiapkan anggota keluarga
yang berusia remaja dalam kehidupan berkeluarga dan perilaku reproduksi
yang bertanggung jawab.
3.
Banyak remaja masih kurang memahami atau
mempunyai pandangan yang tidak tepat tentang masalah kesehatan reproduksi.
4.
Pemahaman yang tidak benar tentang hak-hak dan
kesehatan reproduksi ini menyebabkan banyak remaja yang berperilaku menyimpang
tanpa menyadari akibatnya terhadap kesehatan reproduksi mereka.
5.
Pusat atau lembaga advokasi dan konseling
hak-hak dan kesehatan reproduksi bagi remaja masih terbatas jangkauannya dan
belum memuaskan mutunya.
6.
Pendidikan kesehatan reproduksi remaja melalui
jalur sekolah belum sepenuhnya berhasil.
7.
Tingkat kelahiran yang relatif tinggi merupakan
salah satu beban dalam pembangunan sosial dan budaya.
8.
Tingkat kelahiran yang relatif tinggi ini
mengakibatkan laju pertumbuhan penduduk yang relatif tinggi dan jumlah anggota
keluarga yang relatif besar.
9.
Tingginya angka kelahiran dewasa ini berkaitan
dengan penyelenggaraan program Keluarga Berencana (KB) yang belum
sepenuhnya berkualitas dalam memenuhi hak-hak dan kesehatan reproduksi
masyarakat.
10.
Pendekatan program KB yang telah
diarahkan pada pemenuhan hak-hak dan kesehatan reproduksi, dalam
pelaksanaannya masih dijumpai beberapa pelayanan KB yang mencerminkan
pendekatan pemenuhan target akseptor.
11.
Pendekatan target akseptor mengakibatkan
proses dan kualitas penyampaian komunikasi, informasi dan edukasi (KIE),
serta pelayanan KB lebih ditujukan untuk mencapai target akseptor KB
melebihi perhatian terhadap kecocokan cara KB dan kepuasan akseptor KB.
12.
Kualitas program KB yang belum sepenuhnya
memuaskan klien mengakibatkan pemenuhan hak-hak dan kesehatan reproduksi
termasuk KB yang merupakan dasar terwujudnya keluarga kecil yang bahagia
dan sejahtera belum dapat dirasakan oleh sebagian masyarakat
Program KB (Keluarga
Berencana)
Mitos KB di berbagai
daerah
METODE
kontrasepsi dapat membantu mengurangi masalah-masalah kewanitaan yang paling
dasar dan utama bagi kesehatan reproduksi.
Peningkatan dan
perluasan pelayanan keluarga berencana merupakan salah satu usaha untuk menurunkan
angka kematian ibu yang meningkat setiap tahun.
Banyak
masyarakat Indonesia yang masih menganggap bahwa penggunaan alat kontrasepsi
sarat dengan efek samping dan stigma-stigma yang kurang tepat.
Masih banyak
masyarakat yang belum mendapat informasi yang tepat mengenai manfaat KB
sehingga banyak tersebar mitos yang perlu diluruskan, mulai dari Pil KB yang
dulu sempat dicurigai bisa menyebabkan kanker, membuat kulit wajah berjerawat,
KB suntik yang membuat flek di wajah, sampai kondom yang tidak terlalu efektif
mencegah kehamilan.
Pil
KB
Pil KB adalah
kontrasepsi oral hormonal yang diminum secara rutin setiap hari untuk mencegah
kehamilan. Hormon yang terkandung di dalam Pil KB, yaitu hormon estrogen dan
progesteron, adalah hormon yang sama yang diproduksi oleh tubuh wanita. Meminum
Pil KB secara teratur akan membantu menstabilkan level kedua hormon di dalam
tubuh. Dan hal ini yang membantu dalam pencegahan kehamilan.
Mitos: Pil KB
bikin gemuk.
Fakta: Tidak
benar! Karena kandungan hormon yang ada pada setiap butir Pil KB berdosis
rendah sehingga tidak akan membuat berat badan naik.
Mitos: Pil KB
bikin kulit tidak sehat dan jerawatan.
Fakta: Tidak
benar! Pil KB memiliki kandungan hormon estrogen yang membantu menjaga
kehalusan dan kesehatan kulit.
Mitos: Pil KB
membuat tulang menjadi rapuh.
Fakta: Tidak
benar! Kandungan dua hormon yang ada pada setiap butir Pil KB membantu pencegahan
pengapuran dini pada tulang atau yang lebih sering disebut dengan osteoporosis.
Mitos: Pil KB
beresiko pada kandungan.
Fakta: Tidak
benar! Secara klinis, konsumsi Pil KB secara teratur akan membantu mencegah
risiko kehamilan di luar rahim, kista, atau pun kanker rahim.
Mitos: Pil KB
mengurangi kesuburan.
Fakta: Tidak
benar! Pil KB mampu menjaga tingkat kesuburan dan cukup menghentikan pemakaian
untuk kembali memeroleh kehamilan.
Mitos: Jika
meminum Pil KB Laktasi hanya mengandung satu jenis hormon, yaitu hormon
progestin yang tidak memiliki pengaruh terhadap kualitas maupun produktifitas
ASI.
IUD
Alat kontrasepsi
non hormonal jangka panjang yang dipasang di dalam rahim dengan bantuan tenaga
medis terlatih, IUD mampu mencegah kehamilan selama 10 tahun.
Memiliki
tingkat efektivitas 99,4 persen dalam
mencegah kehamilan, batang plastik yang dililit tembaga ini juga mampu
melindungi dari kehamilan ektopik.
Suntikan
KB
Suntikan KB
merupakan salah satu metode pencegahan kehamilan yang paling banyak digunakan
di Indonesia. Secara umum, suntikan KB bekerja untuk mengentalkan lendir rahim
sehingga sulit ditembus oleh sperma. Selain itu, suntikan KB juga membantu
mencegah sel telur menempel di dinding rahim sehingga kehamilan dapat
dihindari.
Mitos: Suntik
KB dapat menghilangkan menstruasi.
Fakta: Suntikan
KB tersedia dalam pilihan 1 bulan atau 3 bulan. Pada suntikan 3 bulan, karena
kandungan hormon yang lebih besar dibandingkan suntikan 1 bulan, sering
mengakibatkan terhentinya siklus menstruasi yang biasanya terjadi setiap bulan.
Implant
Implant adalah
alat kontrasepsi hormonal jangka panjang. Alat kontrasepsi ini mengandung
hormon levonorgestrel dan dipasang di dalam lengan bagian atas. Implant sangat
praktis dan efektif mencegah kehamilan hingga 4 tahun.
Mitos: Implant
dapat berpindah tempat.
Fakta: Tidak
benar! Implant dipasang di lengan bagian atas dan efektif mencegah kehamilan
selama 4 tahun.
Gizi Wanita Hamil
Dengan Kebudayaan
1.
Permasalahan
yang cukup besar pengaruhnya pada kehamilan adalah masalah gizi.
2.
Hal ini
disebabkan karena adanya kepercayaan-kepercayaan dan pantangan- pantangan
terhadap beberapa makanan.
3.
Kegiatan
sehari-hari tidak berkurang ditambah lagi dengan pantangan-pantangan terhadap
beberapa makanan yang sebenarnya sangat dibutuhkan oleh wanita hamil tentunya
akan berdampak negatif terhadap kesehatan ibu dan janin.
4.
Anemia dan
kurang gizi pada wanita hamil cukup tinggi terutama di daerah pedesaan.
5.
Dari data SKRT
terlihat bahwa prevalensi anemia pada wanita hamil di Indonesia sebesar 73,7%,
dan angka menurun dengan adanya program-program perbaikan gizi menjadi 33%.
6.
Dikatakan pula
bahwa penyebab utama dari tingginya angka anemia pada wanita hamil disebabkan
karena kurangnya zat gizi yang dibutuhkan untuk pembentukan darah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar