Minggu, 07 Juni 2015

ASPEK SOSIAL BUDAYA YANG BERHUBUNGAN DENGAN KB

ASPEK SOSIAL BUDAYA YANG BERHUBUNGAN DENGAN KB

Latar Belakang
1.              Survai Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) menunjukkan median usia kawin pertama secara nasional adalah 18,6 tahun, di pedesaan masih relatif muda yaitu 17,9 tahun.
2.             Sebagian masyarakat dan keluarga termasuk orang tua dan remaja sendiri belum sepenuhnya mempersiapkan anggota keluarga yang berusia remaja dalam kehidupan berkeluarga dan perilaku reproduksi yang bertanggung jawab.
3.             Banyak remaja masih kurang memahami atau mempunyai pandangan yang tidak tepat tentang masalah kesehatan reproduksi.
4.             Pemahaman yang tidak benar tentang hak-hak dan kesehatan reproduksi ini menyebabkan banyak remaja yang berperilaku menyimpang tanpa menyadari akibatnya terhadap kesehatan reproduksi mereka.
5.             Pusat atau lembaga advokasi dan konseling hak-hak dan kesehatan reproduksi bagi remaja masih terbatas jangkauannya dan belum memuaskan mutunya.
6.             Pendidikan kesehatan reproduksi remaja melalui jalur sekolah belum sepenuhnya berhasil.
7.             Tingkat kelahiran yang relatif tinggi merupakan salah satu beban dalam pembangunan sosial dan budaya.
8.            Tingkat kelahiran yang relatif tinggi ini mengakibatkan laju pertumbuhan penduduk yang relatif tinggi dan jumlah anggota keluarga yang relatif besar.
9.             Tingginya angka kelahiran dewasa ini berkaitan dengan penyelenggaraan program Keluarga Berencana (KB) yang belum sepenuhnya berkualitas dalam memenuhi hak-hak dan kesehatan reproduksi masyarakat.
10.         Pendekatan program KB yang telah diarahkan pada pemenuhan hak-hak dan kesehatan reproduksi, dalam pelaksanaannya masih dijumpai beberapa pelayanan KB yang mencerminkan pendekatan pemenuhan target akseptor.
11.          Pendekatan target akseptor mengakibatkan proses dan kualitas penyampaian komunikasi, informasi dan edukasi (KIE), serta pelayanan KB lebih ditujukan untuk mencapai target akseptor KB melebihi perhatian terhadap kecocokan cara KB dan kepuasan akseptor KB.
12.         Kualitas program KB yang belum sepenuhnya memuaskan klien mengakibatkan pemenuhan hak-hak dan kesehatan reproduksi termasuk KB yang merupakan dasar terwujudnya keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera belum dapat dirasakan oleh sebagian masyarakat

Program KB (Keluarga Berencana)
Mitos KB di berbagai daerah
   METODE kontrasepsi dapat membantu mengurangi masalah-masalah kewanitaan yang paling dasar dan utama bagi kesehatan reproduksi.
   Peningkatan dan perluasan pelayanan keluarga berencana merupakan salah satu usaha untuk menurunkan angka kematian ibu yang meningkat setiap tahun.
   Banyak masyarakat Indonesia yang masih menganggap bahwa penggunaan alat kontrasepsi sarat dengan efek samping dan stigma-stigma yang kurang tepat.
   Masih banyak masyarakat yang belum mendapat informasi yang tepat mengenai manfaat KB sehingga banyak tersebar mitos yang perlu diluruskan, mulai dari Pil KB yang dulu sempat dicurigai bisa menyebabkan kanker, membuat kulit wajah berjerawat, KB suntik yang membuat flek di wajah, sampai kondom yang tidak terlalu efektif mencegah kehamilan.

Pil KB
    Pil KB adalah kontrasepsi oral hormonal yang diminum secara rutin setiap hari untuk mencegah kehamilan. Hormon yang terkandung di dalam Pil KB, yaitu hormon estrogen dan progesteron, adalah hormon yang sama yang diproduksi oleh tubuh wanita. Meminum Pil KB secara teratur akan membantu menstabilkan level kedua hormon di dalam tubuh. Dan hal ini yang membantu dalam pencegahan kehamilan.
    Mitos: Pil KB bikin gemuk.
    Fakta: Tidak benar! Karena kandungan hormon yang ada pada setiap butir Pil KB berdosis rendah sehingga tidak akan membuat berat badan naik.
    Mitos: Pil KB bikin kulit tidak sehat dan jerawatan.
    Fakta: Tidak benar! Pil KB memiliki kandungan hormon estrogen yang membantu menjaga kehalusan dan kesehatan kulit.
    Mitos: Pil KB membuat tulang menjadi rapuh.
    Fakta: Tidak benar! Kandungan dua hormon yang ada pada setiap butir Pil KB membantu pencegahan pengapuran dini pada tulang atau yang lebih sering disebut dengan osteoporosis.
    Mitos: Pil KB beresiko pada kandungan.
    Fakta: Tidak benar! Secara klinis, konsumsi Pil KB secara teratur akan membantu mencegah risiko kehamilan di luar rahim, kista, atau pun kanker rahim.
    Mitos: Pil KB mengurangi kesuburan.
    Fakta: Tidak benar! Pil KB mampu menjaga tingkat kesuburan dan cukup menghentikan pemakaian untuk kembali memeroleh kehamilan.
    Mitos: Jika meminum Pil KB Laktasi hanya mengandung satu jenis hormon, yaitu hormon progestin yang tidak memiliki pengaruh terhadap kualitas maupun produktifitas ASI.

IUD
    Alat kontrasepsi non hormonal jangka panjang yang dipasang di dalam rahim dengan bantuan tenaga medis terlatih, IUD mampu mencegah kehamilan selama 10 tahun.
    Memiliki tingkat efektivitas  99,4 persen dalam mencegah kehamilan, batang plastik yang dililit tembaga ini juga mampu melindungi dari kehamilan ektopik.

Suntikan KB
    Suntikan KB merupakan salah satu metode pencegahan kehamilan yang paling banyak digunakan di Indonesia. Secara umum, suntikan KB bekerja untuk mengentalkan lendir rahim sehingga sulit ditembus oleh sperma. Selain itu, suntikan KB juga membantu mencegah sel telur menempel di dinding rahim sehingga kehamilan dapat dihindari.
    Mitos: Suntik KB dapat menghilangkan menstruasi.
    Fakta: Suntikan KB tersedia dalam pilihan 1 bulan atau 3 bulan. Pada suntikan 3 bulan, karena kandungan hormon yang lebih besar dibandingkan suntikan 1 bulan, sering mengakibatkan terhentinya siklus menstruasi yang biasanya terjadi setiap bulan.

Implant
    Implant adalah alat kontrasepsi hormonal jangka panjang. Alat kontrasepsi ini mengandung hormon levonorgestrel dan dipasang di dalam lengan bagian atas. Implant sangat praktis dan efektif mencegah kehamilan hingga 4 tahun.
    Mitos: Implant dapat berpindah tempat.
    Fakta: Tidak benar! Implant dipasang di lengan bagian atas dan efektif mencegah kehamilan selama 4 tahun.

Gizi Wanita Hamil Dengan Kebudayaan
1.              Permasalahan yang cukup besar pengaruhnya pada kehamilan adalah masalah gizi.
2.             Hal ini disebabkan karena adanya kepercayaan-kepercayaan dan pantangan- pantangan terhadap beberapa makanan.
3.             Kegiatan sehari-hari tidak berkurang ditambah lagi dengan pantangan-pantangan terhadap beberapa makanan yang sebenarnya sangat dibutuhkan oleh wanita hamil tentunya akan berdampak negatif terhadap kesehatan ibu dan janin.
4.             Anemia dan kurang gizi pada wanita hamil cukup tinggi terutama di daerah pedesaan.
5.             Dari data SKRT terlihat bahwa prevalensi anemia pada wanita hamil di Indonesia sebesar 73,7%, dan angka menurun dengan adanya program-program perbaikan gizi menjadi 33%.
6.             Dikatakan pula bahwa penyebab utama dari tingginya angka anemia pada wanita hamil disebabkan karena kurangnya zat gizi yang dibutuhkan untuk pembentukan darah.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar